Perdamàian dan Toleransi Versi Paus dan Khalifah


Perdamaian dan Toleransi Versi Paus dan Khalifah

Oleh

Ulfah Sari Sakti,SPi (Jurnalis Muslimah Kendari)


Pemimpin Vatikan, Sri Paus Fransiskus selalu membawa misi perdamaian di setiap kunjungan kenegaraannya, tidak terkecuali kunjungan kenegaraan baru-baru ini ke Indonesia.  


Namun sayangnya kunjungan kenegaraan ke Indonesia menuai sorotan dari kaum muslim Indonesia, khususnya tentang makna toleransi.  Disisi lain kaum muslim menilai, misi perdamaian yang dibawa Paus hanya memihak kelompok tertentu, faktanya Palesstina masih belum damai alias masih terjajah. 


Dalam kunjungannya ke Istana Merdeka (4/9), Paus menyampaikan pidato tentang perdamaian.  Dia membawa sejumlah fenomena konflik di berbagai negara.  Paus berpendapat konflik-konflik itu disebabkan oleh pihak-pihak intoleran yang berusaha memaksakan visinya ke masyarakat.


Sri Paus Fransiskus juga menyinggung penguasa yang memaksakan penyerempakan visi sehingga berujung konflik.  Namun, ia tak membahas negara atau lokasi secara spesifik.  Dalam pidato itu, Paus pun membahas toleransi bangsa Indonesia di tengah keberagaman. Sementara itu, saat kunjungan Paus ke Mesjid Istiqlal, Sang Imam Mesjid, Nasaruddin mengatakan Istiqlal merupakan rumah kemanusiaan.  Sikap Imam Mesjid Istiqlal berbading terbalik kepada gerakan islam yang ada di Indoenesia, yang mana izin mesjid Istiqlal hanya diberikan kepada organisasi keagamaan tertentu saja.  (CNNIndonesia.Com/4/9/2024)  


 *Toleransi yang Kebablasan* 


Presiden RI, Joko Widodo dan Pemimpin Vatikan, Sri Paus Fransiskus menekankan perlunya menjadikan perbedaan sebagai kekuatan dalam memperkuat persatuan, serta pentingnya menyuarakan perdamaian di tengah-tengah meningkatnya konflik global.   “Perbedaan adalah anugerah dan toleransi adalah pupuk bagi persatuan dan perdamaian.” tegas Joko Widodo.  


Sementara itu, Sri Paus Fransiskus menyatakan kekagumannya terhadap Indonesia sebagai negara yang mampu menjaga persatuan dalam keberagaman.  Ia memuji semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mencerminkan perbedaan di Indonesia tidak menjadi pemecah belah, melainkan kekuatan yang menyatukan.


Dampak dari kunjungan tersebut, suara adzan dirubah menjadi running text.  Kementerian Agama dan Kementerian Kominfo, telah menyiapkan berbagai langkah untuk memastikan bahwa kunjungan tersebut berjalan lancar.


Selain itu, terjadi dialog agama yang semakin mengukuhkan paham moderasi beragama (semua agama dianggap benar). 


Mirisnya para pemuka agama Islam menganggap sanjungan yang luar biasa kepada Sri Paus merupakan hal yang biasa.  Padahal dalam islam jelas-jelas ditegaskan “Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS Al Kafiirun : 6).    


 *Islam Jauh Lebih Toleran* 


Toleransi yang terbina pada sistem Kapitalis-Sekuler saat ini belumlah seberapa dibanding toleransi yang telah dicontohkan Rasulullah saw serta diterapkan kaum muslimin.  Sebagai contoh, Rasulullah saw tetap menyuapi seorang pengemis buta di sudut pasar Madinah.  Padahal pengemis Yahudi tersebut merasa jijik dan muak bila mendengar orang menyebut nama Muhammad.


Toleransi Rasulullah saw lainnya sebagaimana terdapat dalam HR Muslim, yang artinya :” Hai Aisyah, bertakwalah kepada Allah swt dan bersikaplah ramah.  Sesungguhnya keramahan jika ditempatkan dimanapun, ia akan menghiasinya dan tidak dilepas dari mana pun kecuali ia akan menjadikannya buruk”.


Sikap toleransi juga dicontohkan oleh Khalifah Umar.  Sejarawan, Maher Y Abu Munshar dalam bukunya. Islamic Jerussalem and Its Chrstian (2007) menjelaskan Khalifah Umar dikenal sebagai pribadi yang bersikap lemah lembut terhadap kelompok yang tidak diperlakukan adil, sekali pun berbeda agama. 

 

Selain itu, meskipun Baitul Maqdis telah berada dalam genggaman kaum muslim, Khalifah Umar tetap menghormati pemuka agama Kristen Ortodoks sebagai pihak yang setara.


Untuk diketahui, dalam Islam, kafir yang tergolong kafir mu’ahad,  kafir zhimmi, dan kafir musta’man terjaga darah, harta dan dilarang mengadakan permusuhan dengannya.  Kafir mu’ahad  yaitu orang kafir yang menjalin perjanjian antar dirinya dengan kaum muslimin untuk tidak saling berperang dalam rentang waktu yang sama-sama disepakati (seperti perjanjian Hudaibiyah). 


Kafir dzimmi yaitu mereka yang hidup di negara-negara Islam, maka antara mereka dan umat Islam terikat akad dzimmah.  Sedangkan kafir musta’man yaitu mereka yang masuk negara Islam dengan jaminan keamanan.


Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal bau surga itu telah didapati dalam perjalanan 40 tahun” (HR Bukhari).    


Betapa Islam sangat toleransi kepada pemeluk agama lain.  Semoga sistem Islam kembali tegak.  Wallahu’alam bishowab.

Perdamàian dan Toleransi Versi Paus dan Khalifah Perdamàian dan Toleransi Versi Paus dan Khalifah Reviewed by Penulis on September 11, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.