Politik Demokrasi,Ancaman Kesehatan Mental

 Politik Demokrasi, Ancaman Kesehatan Mental

Oleh

Santi Rachmayanti (Pegiat Literasi)


Bukan rahasia lagi bahwa dalam Sistem Demokrasi, para calon legislatif (Caleg) bisa maju dalam kontestasi politik membutuhkan biaya tinggi, konon 1 orang Caleg butuh  dana mulai Rp 5 Miliar hingga Rp 15 Miliar.  Sedangkan untuk menjadi calon presiden (Capres) setidaknya butuh dana Rp 5 Triliun, dan untuk menjadi walikota/bupati butuh Rp 20 Miliar hingga Rp 30 Miliar. Sementara untuk menjadi gubernur butuh dana sekitar Rp 100 Miliar.


Telah banyak peristiwa dimana Caleg mengalami stres lantaran tak bisa menerima kekalahan usai dirinya hanya mendapatkan sedikit suara. Di Pemilu 2019 yang lalu saja, banyak kasus Caleg yang tak bisa menerima kenyataan. Bahkan, tak sedikit pula yang mengalami gangguan jiwa.


Stres hingga akhirnya mengalami gangguan jiwa sangat mungkin dialami Caleg yang ikut dalam Pemilu. Rasa kesal dan marah lantaran sudah menghabiskan banyak uang, belum lagi yang dibagi-bagikan kepada masyarakat, tapi akhirnya tak banyak yang memilihnya sehingga gagal jadi anggota DPRD atau DPR RI. Situasi itu pun sulit dihindari para Caleg.


Psikiater sekaligus Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional, DR Dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ mengatakan calon legislatif (Caleg) yang mencalonkan diri namun tanpa tujuan yang jelas rentan mengalami gangguan mental.


Nova mengatakan, banyak pasien yang pernah gagal saat mencalonkan diri sebagai Caleg kemudian terlilit hutang atau kecewa berat hingga depresi dan mengakhiri hidupnya.  Tidak sedikit Caleg yang mencalonkan diri hanya untuk tujuan kekuasaan ataupun materil, dan berujung kekalahan. Dengan tujuan yang baik, atau benar-benar ingin berjuang untuk negeri, menurut Nova, akan memperkecil kemungkinan masalah mental yang dialami. (antaranews.com/11/12/2023)


Kementrian Kesehatan juga telah mempersiapkan rumah sakit jiwa di setiap provinsi sebagai rumah sakit rujukan yang akan dijadikan penampungan bagi Caleg yang stres pasca Pemilu nanti.


Berkaitan dengan kesehatan mental dan penyakit jiwa, menurut Menteri Kesehatan, Budi Gunadi, jenisnya bermacam-macam. Ia mencontohkan, para Caleg jelang Pemilu 2024 bisa saja ada yang mengalami gangguan cemas.  Kemudian pasca Pemilu, jika Caleg kalah, dapat berujung depresi.  "Biasanya penyakit jiwa itu kan macam-macam atau istilahnya mental disorder. Mulanya anxiety, cemas. Anxiety tuh kayak sekarang, mau pemilihan kan cemas," terang Budi.


Selanjutnya, kondisi kesehatan mental yang biasanya dialami Caleg selepas Pemilu adalah depresi.  "Setelah itu ada depression disorder, tapi biasanya itu kan sesudah Pemilu. Udah tahu kalah, baru tahu depresi."


 *Ancaman Kesehatan Mental* 


Rumah Sakit Oto Iskandar Dinata, Soreang, Bandung Jawa Barat, misalnya,  salah satu rumah sakit yang menyiapkan ruangan khusus untuk caleg yang mengalami gangguan mental.  

Tidak hanya itu, pihak RS Oto Iskandar Dinata juga menyiapkan dokter spesialis jiwa dan bagi calon legislatif yang stres usai mengikuti kontestasi Pemilu 2024.


Senada itu, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang, Banten, menyiapkan layanan konsultasi psikologis bagi para caleg di Pemilu Legislatif 2024. Hal ini diungkap Kepala Humas Publikasi dan Informasi RSUD Kabupaten Tangerang, Hilwani.


Adapun yang dimaksud dengan fasilitas layanan konsultasi jiwa itu di antaranya adalah menyediakan dua dokter spesialis kejiwaan. Sehingga, ketika ada caleg yang mengalami gangguan jiwa akibat kalah dalam kontestasi Pileg, bisa langsung ditangani.


Sama seperti RSUD Kabupaten Tangerang, RSUD Balaraja Tangerang juga mulai mempersiapkan layanan konsultasi psikologis menjelang Pesta Demokrasi 2024. Humas RSUD Balaraja, Aang, mengatakan saat ini pihaknya telah menyiapkan dokter spesialis kejiwaan. Hanya, pihaknya tidak menyiapkan ruang rawat inap khusus pasien dengan gangguan jiwa. Sebab pemilu dalam sistem demokrasi rawan mengantarkan gangguan jiwa, stres, depresi pada para kontestannya.  (Kompas/24/11/2023)


 *Pandangan Islam* 


Perlu dicermati bahwa seseorang yang akan menerima tampuk kekuasaan atau mengemban jabatan haruslah orang yang telah  paham bahwa amanah yang mereka emban akan diminta pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT.  Maka siapa saja yang ingin mencalonkan dirinya atau di calonkan harus yakin bahwa dia benar-benar bisa amanah.


Maka yang perlu ada oleh diri para kandidat adalah mereka taat kepada Allah AWT. Tujuan meraih jabatan adalah menggapai ridha-Nya. Maka jika dia kalah tidak berpengaruh terhadap mentalnya karena apapun yang terjadi adalah yang terbaik untuk dirinya.


Fenomena caleg stres akibat kalah dalam kontestasi hanya ada dalam masyarakat sekuler yang menjauhkan aturan Allah Swt dalam setiap aktivitasnya.


Olehnya itu kembali pada sistem politik Islam adalah sesuatu yang mendesak dan urgen dilakukan saat ini, agar kehidupan manusia bisa kembali pada fitrahnya.  Wallahu’alam bishowab.


Politik Demokrasi,Ancaman Kesehatan Mental Politik Demokrasi,Ancaman Kesehatan Mental Reviewed by Penulis on February 15, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.