Pinjol,Solusi Cepat yang Sesat

 Pinjol, Solusi Cepat yang Sesat

Oleh

Renia Ningsih Razak (Pegiat Literasi)


Saat ini, segala biaya kebutuhan ekonomi sangatlah tinggi, mulai dari kebutuhan sandang, pangan, kuliah, dan lain-lain, semuanya butuh keuangan lebih. Terkadang kita sering menonton atau membaca berita tentang perampokan, pencurian dan tindak kriminal lainnya terjadi karena alasan ekonomi.  


Pada akhirnya ketika mereka mendengar ada Pinjol (Pinjaman Online) yang mereka pikir bakal menjadi solusi, maka merea pun tergiur untuk meminjamnya.  Dan ketika seseorang mulai terjebak dengan Pinjol, itu semua akan membuat mereka frutasi bahkan mengakhiri hidup karna terus menerus di teror dengan pelunasan Pinjol tersebut.  


Dilansir dari tirto.id (3/7/3/2024), Menteri PMK, Muhadjir mengatakan Pinjol ini memang sudah mengandung kesan negatif. Tetapi, Pinjol merupakan sebuah inovasi teknologi. Akibat dari kita yang mengadopsi teknologi digital dan Pinjol sebetulnya peluang bagus asal tidak disalahgunakan dan tidak digunakan untuk tujuan pendidikan yang tidak baik.


Lanjutnya, pokoknya semua inisiatif baik untuk membantu kesulitan mahasiswa harus kita dukung, termasuk Pinjol. 


 *Akar Masalah* 


Jika dicermati, akar masalah yang menyebabkan terjadinya Pinjaman Online (Pinjol), tidak terkecuali Pinjol untuk pendidikan (membiayai kuliah) adalah faktor ekonomi. Semakin berkembang zaman semakin tinggi juga kebutuhan hidup manusia. Maka tidak jarang jika seseorang yang merasa sudah sangat terhimpit dengan keadaan ekonomi yang rendah, maka mereka pun bisa menggunakan berbagai macam cara agar bisa menghidupkan kehidupannya, walaupun itu harus dengan jalam yang salah. 


Salah satunya dengan melakukan Pinjol yang dikira akan membantu.  Padahal iu semua akan semakin menjadi beban kehidupan karena terus menerus dihubungi. Ketika seseorang tersebut tidak sanggup menghadapinya maka mereka bisa berbuat nekat dengan mencuri bahkan mengakhiri hidup. 


Hal yang sangat miris dalam Pinjol yaitu adanya bunga uang, yang mana bunga uang dalam Islam hukumnya haram.  Dan kebanyakan nasabah Pinjol adalah kaum muslim.  Mereka tidak lagi peduli dengan halal-haram, yang terpenting kebutuhan mereka terpenuhi atau utang mereka terlunasi.


Inilah buah dari penerapan Sistem Kapitalis-Sekuler, yang mana pada sistem ini agama dipisahkan dari kehidupan.  Agama hanya ditempatkan di tempat-tempat ibadah saja.  Tidak heran standar kehidupan masyarakat bukan agama, tetapi materi.  


Hal tersebut semakin diperparah dengan abainya pemerintah dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, serta minimnya pelayanan publik yang gratis dan berkualitas.  


 *Solusi Islam* 


Sistem Kapitalis-Sekuler faktanya tidak bisa menjamin adanya perubahan dalam menghadapi keadaan ekonomi yang sangat tinggi terhadap masyarakat. Karena itu dibutuhkan sistem baru yang bisa digunakan untuk mengembalikan kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan menggunakan sistem Islam yang telah digunakan Selma 13 abad dan mampu menajdi solusi kehiduoan berbangsa dan bernegara.  Dalam sistem Islam, seluruh rakyat akan disejahterakan  sesuai standar dengan syariat.


Islam memandang bahwa pendidikan adalah sarana untuk menghapuskan kebodohan dan membangun masyarakat yang berkualiatas. Disis lain, dalam Islam, bunga uang (riba) adalah perbuatan yang dilarang. Allah Swt. bersabda,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130).


Karena itu sudah selayaknya sebagai kaum muslim yang taat, kita harus meninggalkan Pinjol karena mengandung riba.  


Semoga saja sistem Islam kembali tegak, agar ketaatan masyarakat terwujud dan pemerintah pun melaksanakan fungsinya  sebagai periayah umat (pengurus urusan umat).  Wallahu’alam bishowab.


Pinjol,Solusi Cepat yang Sesat Pinjol,Solusi Cepat yang Sesat Reviewed by Penulis on July 17, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.