Pinjol Pendidikan,Bentuk Lepas Tangan Negara

 Pinjol Pendidikan, Bentuk Lepas Tangan Negara

Oleh

Fatinah Rusydayanti (Aktivis Muslimah)


“Mencerdaskan kehidupan bangsa” telah menjadi salah satu tujuan bangsa yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat. Tujuan mulia yang menjadi tanggung jawab negara, namun sayangnya semangat mencerdaskan bangsa ini terasa semakin luntur. Negara yang seharusnya menjamin pendidikan rakyat kini seakan berlepas tangan.

 

Dikutip dari CNN Indonesia (3/7/24), Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy mendukung Wacana Student Loan atau pinjaman online (Pinjol) kepada mahasiswa untuk membayar uang kuliah.  Pernyataan ini tidak muncul begitu saja, melainkan merespon dari pernyataan DPR RI yang mendorong agar Kemendikbud Ristek RI menggaet BUMN untuk membantu mahasiswa terkait bantuan biaya kuliah.


Bagi masyarakat yang paham, yang namanya bantuan itu seharusnya bersifat sukarela, bukan mengharap imbalan. Tetapi bantuan biaya uanh kuliah tunggal (UKT) yang dimaksud disini bukan cuma - cuma tetapi dalam bentuk student loan atau pinjaman mahasiswa dalam bentuk pinjaman online. 


Padahal negara seharusnya memfasilitasi pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang berarti mencakup rakyat miskin dengan memberikan pendidikan murah bahkan seharusnya gratis. Bukan berbisnis dengan rakyatnya yakni melihat segala celah yang dapat dijadikan uang, bahkan mencari pundi-pundi rupiah dari riba yang jelas keharamannya. 


Sikap ini tentunya juga semakin menggeserkan makna pendidikan, kuliah bukan lagi dianggap sebagai sarana untuk menuntut ilmu, melainkan jenjang yang harus diselesaikan untuk mendapatkan karir yang baik. Sehingga rakyat yang ingin merubah kondisi ekonominya, tak punya pilihan lain selain tetap berkuliah sekalipun harus meminjam uang. 


 *Kapitalis-Sekuler Mencetak Kerusakan* 


Sebenarnya bukan hal yang mengherankan ketika kita melihat sikap para pejabat negeri yang semakin hari semakin rusak. Kesalahannya bukan terletak pada individu saja, sehingga bukan berarti sekedar mengubah pemimpin mampu memperbaiki kerusakan saat ini, sebab jika melihat yang telah lampau, kejadiaan lepas tanggung jawab terhadap pengurusan rakyat bukan terjadi satu dua kali saja, sekalipun kepemimpinannya telah berganti. 


Sistem Kapitalis-Sekuler yang diterapkan saat ini justru membentuk kepemimpinan dengan otak-otak kapitalis, yang melihat segala sesuatu dengan standar untung rugi yang bersifat materi belaka. Sistem kapitalisme yakni sistem yang diterapkan saat ini adalah sistem yang standar perbuatannya dilandaskan pada manfaat, kebijakan dibuat ketika dirasa hal itu dapat menguntungkan secara materi dan ditinggalkan apabila dirasa merugikan, tanpa melihat jangka panjangnya.  Inilah yang terjadi jika agama dipisahkan dari kehidupan (sekuler).  Agama hanya ditempatkan pada ruang-ruang ibadah.    


Student loan dirasa dapat menguntungkan secara materil, sebab perlahan mampu mengurangi beban negara dalam beasiswa dan dana bantuan untuk pendidikan murah, ditambah lagi adanya keuntungan yang bisa didapatkan negara dengan bunga pinjaman. Padahal jika berkaca dengan negara - negara kapitalis yang sudah lazim dengan student loan seperti Amerika Serikat, negara yang paling kental dengan kapitalismenya, menunjukkan kondisi yang tidak baik-baik saja. 


Berdasarkan survey dari financial coaching company Student Loan Planner pada tahun 2023, menunjukkan bahwa student loan berpengaruh pada kesehatan mental.  Didapati tiga temuan yakni, 1) 53 persen dari mahasiswa dengan pinjaman yang tinggi mengalami depresi, 2) sembilan dari sepuluh peminjam mengalami gangguan kecemasan karena beban hutang, dan 3) satu dari lima belas peminjam pernah berpikir untuk bunuh diri karena student loan. 


Padahal Indonesia sendiri adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya, tapi kemanakah hasilnya? Rakyat tak merasakan manfaatnya, kecuali segelintir kelompok. Pendidikan mahal, kesehatan pun mahal. 


Masyarakat Indonesia tidaklah bodoh, seperti yang sering dikatakan bahwa IQ rakyat Indonesia termasuk yang terendah di dunia, tetapi memang tak pernah dapat kesempatan untuk belajar. Mereka yang akhirnya mau untuk mengubah kondisi, harus dihadapkan pada beban hutang. Ketika sakit, baik mental ataupun fisik karena hutang, itu bukan tanggung jawab negara. Jadi apa sebenarnya peran negara? 


Sistem kapitalis-sekuler yang diterapkan hingga kini, perlahan-lahan menunjukkan kebobrokannya, sebab sistem ini memang tidak pernah berorientasi jangka panjang, hanya melihat keuntungan sesaat.  Lalu untuk apa lagi kita bertahan pada sistem yang rusak ini?


 *Islam Rahmatan lil Alaamin* 


Islam adalah agama yang memiliki solusi atas segala permasalahan umat. Islam menjadikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab dan mengurusi segala bidang kehidupan rakyat. 


Dalam Islam, negara seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan termasuk mewujudkan tujuan pendidikan yakni menuntut ilmu yang kemudian ilmu itu ditujukan untuk kemaslahatan umat dan bukan hanya sekedar tahapan untuk syarat bekerja. 


Menuntut ilmu di dalam Islam hukumnya fardhu (wajib).  Menuntut ilmu agama hukumnya fardhu ‘ain dan ilmu pengetahuan lainnya hukumnya fardhu kifayah, sehingga negara wajib menjamin fasilitas rakyat untuk menuntut ilmu, bahkan digratiskan. 


Sebenarnya ketika kita kembali menengok sejarah, akan didapati bahwa dulu pernah ada suatu peradaban yang menguasai dua per tiga dunia, dimana negara menjamin kehidupan masyarakatnya. Itulah sistem Kekhilafahan Islamiyah yakni sistem yang menerapkan peraturan Islam secara keseluruhan dalam negara, dimana di dalamnya tidak hanya kaum muslimin saja tetapi ada juga non muslim yang dijamin hak-haknya. 


Pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, keamanan dan lain-lain ditanggung oleh negara. Sehingga rakyat dapat fokus pada perannya masing - masing, misalnya pelajar dapat fokus untuk menuntut ilmu tanpa perlu terbebani dengan biaya pendidikan. Sehingga pelajar yang tercetak pada sistem ini tidak hanya ahli agama tetapi juga paham dengan ilmu dunia. 


Sebagai contoh, pada masa Kekhilafahan Abbasiyah banyak mencetak tokoh - tokoh penemu yang namanya masih dikenang dan temuannya masih dimanfaatkan, sebut saja Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi yang kita kenal memiliki kontribusi besar pada ilmu Matematika, karena menemukan angka yang kita gunakan saat ini, juga mengenalkan konsep aljabar.  Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi, mendalami ilmu tersebut bukan karena tujuan industri ataupun untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kemaslahatan umat, yang juga dilandasi oleh pemahamannya atas ilmu agama. 


Terdapat pula Ibnu Sina yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern, yang ternyata telah menghafalkan Al-Qur’an di usianya yang baru sepuluh tahun. Dan masih banyak lagi tokoh–tokoh hebat yang terlahir dari sistem pendidikan Islam.  


Tokoh-tokoh ini, tidak akan lahir pada sistem saat ini, yang mengharuskan segala tindakan didasarkan pada untung – rugi semata. Melainkan hanya bisa dilahirkan dari penerapan sistem Islam secara kaffah ( sistem khilafah ‘ala minhaji nubuwah ).  Wallahu a’lam bishawab.




Pinjol Pendidikan,Bentuk Lepas Tangan Negara Pinjol Pendidikan,Bentuk Lepas Tangan Negara Reviewed by Penulis on July 15, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.