Rupiah Melemah,Pertanda Rapuhnya Ekonomi Indonesia

Rupiah Melemah, Pertanda Rapuhnya Ekonomi Indonesia

Oleh 

Dewi Dahlan (Aktivis Dakwah Idiologis)



Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah sejak 6 April 2024 dan telah menembus Rp. 16.000.

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran, terutama di kalangan dunia usaha. Meski nilai tukar ini masih fluktuatif rupiah diperkirakan berpotensi rebound terhadap dolar AS. Peningkatan nilai tukar rupiah didukung oleh aksi ambil untung (profit taking) setelah penguatan dolar AS belakangan ini. 

Kondisi eksternal dinilai menjadi penyebab utama pelemahan rupiah. Selama periode libur lebaran terdapat perkembanggan global dimana data-data indikator ekonomi AS terlihat masih solid.

Hal ini membuat ekspektasi pemotongan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed menjadi bergeser lebih lama dalam kisaran September 2024. Selain itu dibayangi tensi geopolitik di kawasan timur tengah pasca penyerangan Iran ke Israel. Ketegangan antara Iran dan Israel pun memperparah ketidakpastian global. (Tempo.co/18/4/2024) 

Ekonomi Sistem Kapitalisme

Dalam kacamata kapitalisme, tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar mata uang adalah faktor-faktor penentu yang paling penting bagi tingkat kesehatan ekonomi suatu negara. Nilai tukar berperan penting dalam perdagangan tingkat negara dalam ekonomi pasar bebas di dunia. Nilai tukar juga memengaruhi pengembalian riil dari investasi para investor.

Meski telah berkali-kali rupiah melemah pemerintah masih mengklaim bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih cukup baik. Menteri koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menegaskan bahwa fundamental perekonomian Indonesia cukup kuat yang ditunjukkan dari pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dan inflasi yang masih terjaga. Merujuk data BPS, perekonomian tumbuh 5,05 persen yoy (year on year) sepanjang tahun 2023. Sedangkan tingkat inflasi tahunan pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen yoy.

Melemahnya rupiah terhadap nilai tukar dolar AS adalah bentuk konfirmasi bahwa dunia saat ini sedang dalam genggaman imperialisme AS. Sistem ekonomi yang digunakan pun adalah sistem ekonomi kapitalisme yang rapuh dan rentan mengalami gejolak sehingga berdampak merugikan bagi masyarakat banyak. 

Dampak Rupiah Melemah

Ketika nilai tukar rupiah melemah, jelas berdampak besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Tersebab mata uang kertas menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia, mau tidak mau masyarakat pasti terkena dampaknya. Apa saja dampak tersebut?

Pertama, sebagai negara yang hampir 90 persen mengimpor bahan baku untuk aktivitas dalam negeri, Indonesia harus merogoh kocek lebih dalam jika melakukan impor di tengah nilai tukar rupiah yang kian melemah. Hal ini akan berpengaruh pada melonjaknya  biaya produksi dan logistik para pengusaha makanan dan minuman yang sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku impor. Dengan kata lain, harga barang-barang yang sampai pada konsumen pasti juga mengalami kenaikan.

Kedua, Jika harga minyak dunia naik, maka ini akan berdampak pada ongkos produksi produk energi seperti BBM dan LPG. Hal ini akan diikuti dengan kenaikan produk-produk lain, karena BBM dan LPG sebagai sumber energi primer untuk produk lain.

Indonesia sebagai pengimpor minyak mentah, BBM serta LPG, produksinya saat ini hanya berkisar di angka 670 ribu barel oil per day (BOPD). Sedangkan konsumsinya mencapai 1,3 juta BOPD dan impor LPG sebanyak 65 persen dari konsumsi nasional akan meningkatkan defisit neraca perdagangan. Makin tinggi terjadinya defisit neraca perdagangan, bisa menyebabkan terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap dolar dan memicu kenaikan inflasi.

Ketiga, inflasi yang cukup besar akan mendorong penurunan daya beli masyarakat. Menjaga daya beli masyarakat merupakan perkara penting. Ini karena setengah dari perekonomian Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga yang mana pengeluaran atas barang dan jasa bertujuan untuk konsumsi. Jika daya beli masyarakat menurun, kegiatan ekonomi bisa mandek. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat.

Jika hal ini terjadi, biasanya solusi pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat adalah dengan penyaluran bansos, pemberian subsidi BBM atau penetapan harga BBM di bawah harga pasar, dan bantuan sosial yang serupa yang dapat menggerakkan perekonomian rakyat. Kondisi ini akan terus terjadi secara siklik jika ketergantungan Indonesia terhadap impor terus berlangsung dan dominasi dolar AS sebagai mata uang internasional masih berlanjut.

Di sisi lain, penggunaan fiat money (uang kertas) sebagai alat pembayaran yang sah sejatinya sangat rentan terhadap inflasi, sehingga nilainya akan terus turun. Hal ini karena fiat money sekarang tidak mengharuskan adanya cadangan fisik, seperti emas dan perak.

Rapuhnya Sistem Moneter Kapitalisme

Pada dasarnya, kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan), keseimbangan eksternal (neraca pembayaran), serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga, serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. 

Kebijakan moneter juga berperan mencegah peningkatan uang yang beredar secara berlebihan atau sangat kurang, termasuk menjaga kestabilan nilai tukar suatu mata uang (misalnya rupiah) terhadap mata uang negara lain.

Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan sebagai wujud tindakan stabilisasi.

Namun, semua realitas hancurnya nilai tukar rupiah terhadap dolar mencerminkan betapa rapuhnya sistem ekonomi kapitalisme. Selama ini, sistem ekonomi kapitalisme fokus terhadap angka-angka dalam mendeteksi parameter capaiannya, misalnya seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Akibatnya, masalah yang sebenarnya tidak terindra dan kapitalisme pun selalu terlambat mengurai masalah. Inflasi dan resesi adalah risiko yang sulit dicegah.

Untuk mengatasi resesi ekonomi yang sudah mengglobal, sistem kapitalisme masih saja gagap memainkan instrumen fiskal dan moneter. Padahal, krisis ekonomi kapitalisme selalu terjadi secara siklik, artinya ada semacam siklus berulang dalam setiap periode waktu tertentu.

Sistem Moneter dalam Islam

Sistem ekonomi Islam adalah warisan terbaik peradaban Islam. Sistem ekonomi Islam fokus pada capaian kebutuhan individu per individu (fardan fardan). Tidak heran, hal ini mampu mendeteksi masalah dengan cepat sebelum makin parah.

Selain itu, sistem ekonomi Islam terbukti berbuah produktivitas, stabilitas, serta distribusi yang adil dalam rentang waktu 13 abad lebih tanpa pernah mengalami defisit APBN akut. Tidak pernah mengalami turunnya daya beli simultan ataupun mengalami krisis ekonomi siklik, apalagi resesi dan depresi.

Sebagai gambaran, jika seorang saja laki-laki balig kesulitan mendapatkan pekerjaan (jalur nafkah), Khilafah selaku penerap sistem ekonomi Islam tersebut sudah mampu mendeteksinya sebagai masalah yang harus segera teratasi. Demikian halnya jika seorang saja mengalami kelaparan tidak mendapatkan makanan sebelum berlalunya hari, berarti ada masalah fatal dalam distribusi ekonomi.

Sistem keuangan kapitalisme yang bertumpu pada pajak dan utang, terbukti tidak mampu menyolusi. Sedangkan sistem keuangan Islam terbukti selama 13 abad memiliki pemasukan besar sekaligus mandiri tanpa tergantung kepada negara atau organisasi lain. Pemasukan ini diperoleh dari pengelolaan berbagai kepemilikan umum (milkiyah aamah), termasuk pertambangan, laut, hutan, dan aset-aset rakyat lain dengan posisi negara hanya sebagai pengelola.

Dalam aspek moneter sistem ekonomi Islam, pendapatan masyarakat dipastikan memiliki kecukupan yang tidak membuatnya jatuh pada jurang kemiskinan, yakni dengan menjaga daya beli uang. Daya beli uang ini dipertahankan dengan moneter berbasis zat mata uang yang memiliki nilai hakiki, yaitu emas dan perak. Mata uang kertas yang menyandarkan pada dolar yang dihegemoni AS akan ditinggalkan. Inilah arti pentingnya menggunakan mata uang emas dan perak dalam sistem transaksi ekonomi.Wallahu’alam bishowab.


Rupiah Melemah,Pertanda Rapuhnya Ekonomi Indonesia Rupiah Melemah,Pertanda Rapuhnya Ekonomi Indonesia Reviewed by Penulis on May 15, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.