Oleh. Susi Ummu Musa
(Aktivis Muslimah)
Rezeki memang dari Allah dan semua yakin akan hal itu, tapi kalau caranya begini terus untuk apa negara ini ada.
Ada pemimpin saja toh rakyat masih susah beli beras untuk makan.
Kalau yang hidup bergelimang harta tentu tidak terasa mahal membeli beras karena masih dianggap kecil, lalu rakyat miskin yang dapat uang sehari untuk dimakan sehari bahkan besok tidak tau bisa makan atau tidak.
Sakit hati rasanya kalau untuk sekedar makan saja harus mikir "beras mahal".
Kira kira pemimpin dinegri ini merasakan atau tidak ya perihnya rasa lapar dan uangnya tidak cukup untuk beli beras?
Banyak rakyat jelata yang menangis merasakan beban hidup yang berat ini, masalahnya bukan untuk makan saja penghasilan yang didapatkan melainkan untuk kebutuhan lain seperti listrik, BBM, biaya sekolah, biaya kesehatan dll.
Yang anehnya semua kebutuhan ini naik namun rakyat harus taat pajak tapi lapangan pekerjaan tidak disediakan.
Beberapa perusahaan BUMN juga ditutup akibatnya terjadilah PHK massal, mau kemana rakyat ini jadinya?
Bahkan untuk menangani masalah beras saja tidak kelar kelar dan masyarakat hanya bisa mengeluh dan mau tidak mau harus tetap membelinya, karna beras adalah makanan pokok rakyat umumnya.
Hal ini diamati oleh pemerhati kebijakan publik Emilda Tanjung M.si. sebagai bukti kelalaian negara mengurusi pangan rakyat.
Bertahan dengan mahalnya harga beras lebih dari setahun adalah bukti kelalaian dan ketidakseriusan negara mengurusi pangan rakyat. Bagaimana bisa kenaikan harga tidak teratasi dalam waktu sepanjang itu dan membiarkan rakyat sulit untuk mendapatkannya.
(MNews, Jumat 09-02-2024)
Bukti kelalaian pemerintah terjadi diberbagai lini baik produksi maupun distribusi yang akhirnya memicu fluktuasi harga.tak hanya itu konversi lahan juga berjalan atas nama PSN yang sama sekali manfaatnya minim untuk rakyat, adanya para korporasi atau pedagang pasar yang sangat mudah memainkan harga hanya untuk keuntungan mereka sama sekali tidak bisa diputus dari pantauan pemerintah karna lemahnya negara dalam mengatur itu.
Inilah pengaturan sistem ekonomi liberal yang meniscayakan adanya politik pasar yang hanya menguntungkan mereka.
Berbeda dengan sistem islam, islam hadir dengan segala aturan yang berasal dari Allah yang melahirkan sistem politik dan ekonomi yang benar benar berorientasi untuk kesejahteraan rakyat.
Negaralah yang bertanggung jawab untuk pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu rakyat baik sekunder atau tersier sesuai kemampuan.
Maka keberadaan seorang pemimpin dan negara sebagai wadah untuk menerapkan aturan Allah adalah hal yang pasti.
Sebagaimana dalam hadist dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.’” (HR Ibnu Asakir, Abu Nu’aim).
Maka jelas keberadaan negara merupakan suatu perisai atau penjaga bagi rakyatnya.
Seperti sabda Nabi SAW
"Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng, Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]
Wallahu a lam bissawab
No comments: