Pesta Demokrasi Berujung Rawan Gangguan Mental


Oleh : Evi Faouziah, S. Pd

Sudah menjadi tradisi dalam pesta demokrasi banyak terjadi para calon anggota legislatif (caleg) yang mengalami gangguan mental setiap pasca pemilu. Belajar dari situasi dan kondisi pada pemilu sebelumnya kecendrungan orang-orang yang stres akibat pasca pemilu terus meningkat termasuk di pemilu 2024 saat ini. Sehingga banyak dari layanan konseling maupun fasilitas kesehatan kejiwaan yang sudah disiapkan bagi para calon legislatif (caleg) pemilu 2024 yang stres karena gagal terpilih.

Fasilitasilitas yang disediakan sebagai antisipasi bagi para peserta caleg yang mengalami depresi tingkat tinggi maupun rendah, bahkan psikolog harus siap siaga disetiap harinya dan psikiater hanya 2 kali seminggu, sedangkan untuk rawat inap yang akut sudah ada, sementara yang akan disiapkan pada 2024 nanti adalah rawat inap jiwa baik yang akut, sedang, atau gangguan ringan.

Sungguh sangat menyedikan seharusnya pemilu mendatangkan sebuah kemaslahatan bagi masyarakat namun ternyata makin menimbulkan keresahan kususnya bagi tenaga medis karena mereka sibuk menangani sejumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa, belum lagi dengan pasien-pasien lainnya yang saat ini hampir rata-rata masyarakat mengalami gangguan mental kususnya dikalangan remaja. Inilah akibat sistem yang rusak dan tidak akan pernah habis setiap permasalahan hidup manusia sebab aturannya masih berasal dari manusia.

Demokrasi Bikin Frustasi

Berawal dari sebuah tujuan hidup yang ingin dicapai. Ketika tujuan yang diraih adalah hanya sebuah materi, jabatan dan kekuasaan sudah pasti hasilnya sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya. Pada saat tujuan yang digapainya tidak membawakan sebuah keberhasilan maka pastilah orang tersebut akan mengalami kekecewaan, kesedihan bahkan sampai mengalami frustasi dan menimbulkan kecemasan yang berlebihan inilah yang mengakibatkan seseorang mengalami gangguan mental.

Hal ini bukan hanya terjadi dikalangan para remaja, namun sudah banyak terjadi disegala lini apalagi yang sudah sering terjadi pada setiap pasca masa pemilu. Banyak para calon pemilu apalgi saat ini masa pemilu besar-besaran selalu rawan terjadi orang-orang terkena gangguan mental mereka depresi karena mereka gagal dalam mencalonkan diri sebagai caleg, kemudian terlilit hutang atau kecewa berat hingga depresi sehingga mengakhiri hidupnya.

Bagaimana tidak terlilit hutang karena pemilu dalam sistem demokrasi berbiaya mahal. Bukan lagi rahasia jika para kandidat butuh biaya selangit untuk bisa maju. Untuk mencalonkan diri sebagai DPRD bisa sampai miliyaran jumlahnya apalagi menjadi calon capres dan cawapres bisa mungkin lebih banyak lagi biaya yang dipakai dalam pemilu.

Biaya tersebut digunakan untuk berbagai macam, salah satunya akomodasi ke daerah pemilihan, mulai dari transportasi, penginapan, makan, dan sebagainya. Ada juga biaya kampanye, seperti produksi baliho, kaos, umbul-umbul, iklan, dan logistic lainnya. Caleg pun harus membiayai tim sukses, bantuan sosial, biaya pengumpulan massa, hingga biaya saksi. 


Kebanyakan mayoritas caleg bertujuan mencari kekuasaan dan materi. Mereka melakukan segala cara agar mendapatkan kursi jabatan tertinggi, persaingan sengit diantara calon-calon pemilu terus bergulir saling menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya. Akibat dari sistem demokrasi—yang asasnya sekuler—hanya akan menghimpun para petarung yang tidak paham agama. Mereka akan melakukan segala cara untuk bisa memenangkan kontestasi, tidak peduli haram halal, apalagi mudarat atau maslahat bagi umat. 

Sangat wajar jika jabatan menjadi cita-cita besar mereka yang dianggap mampu menaikkan harga diri atau prestise. Jabatan pun merupakan jalan untuk mendapatkan keuntungan materi dan kemudahan atau fasilitas hidup. Dan Wajar juga jika kandidat sekuler yang lemah imannya, depresi saat kalah, sebab mereka dari awal sudah salah memaknai tujuan hidupnya. 

Berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh sistem demokrasi tidak pernah memihak pada rakyat. Slogan demokrasi “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” hanyalah ilusi yang tidak pernah terealisasi. Pada faktanya, kebijakan yang ditetapkan hanya berputar pada kemaslahatan oligarki. Lihat saja sejumlah UU pro oligarki, ditetapkan di tengah penolakan rakyat banyak. Alhasil, siapa pun presidennya, siapa pun anggota parlemennya, kesejahteraan rakyat tidak akan pernah terjamin dan keadilan tidak akan pernah dirasakan oleh rakyat.

Sejatinya, Pesta demokrasi ini hanyalah dasar untuk kepentingan kekuasaan para oligarki. Rakyat seolah-olah ambil andil dalam menentukan penguasa, padahal semua sudah diatur sedemikian rupa agar pemenang adalah mereka yang mudah disetir dan tunduk pada pengusaha. Hal ini pula yang dapat menyebabkan caleg yang tidak terpilih menjadi depresi saat mengetahui suaranya bisa dicurangi, namun mereka hanya bisa diam dan membisu tidak bisa berbuat apapun.

Dalam Kekuasan Islam

Kekuasaan dalam islam adalah bahwa seluruh sistem pemerintahan harus berlandaskan dari hukum syariat islam. Allah Swt yang memiliki kekuasaan dalam kehidupan manusia karena sebagai pencipta seluruh alam semesta. Maka tidak ada yang berhak untuk berkuasa selain Allah Swt bukan manusia. Pemimpin didalam kekuasaan islam harus tunduk pada hukum islam dan tugasnya mengurusi urusan umat.

Selain itu, jabatan negara harus dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah Swt. dan Rasul-Nya. Siapa pun yang ingin memegang amanah jabatan, haruslah yang mengerti agama. Jika tidak, ia akan mencelakakan diri sendiri sekaligus mencelakakan umat seluruhnya.

Sehingga para kandidat yang ikut dalam pemilihan mereka tidak akan pernah menjadikan kekuasaan ataupun materi sebagai tujuan mereka, karena mereka tahu bahwa menjadi seorang pemimpin adalah memliki amanah serta tanggung jawab yang besar untuk umat, ketika salah menjalankan kekuasaan maka dia akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah. 

Maka dengan demikian para kandidat ini tidak akan mengalami stres maupun kena ganggauan mental, didalam diri mereka memiliki keimanan yang tinggi kepada Allah dan rasulnya, ketika menjalankan kontestasi dalam kekuasaan islam tidak ada yang namanya kecurangan , tidak membutuhkan biaya tinggi hingga para kandidat harus menguras harta, apalagi harus berutang pada sanak saudara dan kolega. Inilah yang menjadikan kekalahan tidak menjadi beban. Dia akan senantiasa.bersyukur baik menang maupun kalah karena segala keputusan dan ketetapan hanya milik Allah swt.

Hanya didalam kekuasaan islamlah seluruh umat akan mengalami ketenangan dan kemaslahatan, tidak ada orang-orang yang mudah stres dan frustasi karena tidak dipilih naik jabatan tertinggi. Tujuan hidup mereka hanyalah akhirat bukan materi dunia, mereka senantiasa menjadikan Allah dan rasulnya sebagai panutan dalam kehidupan mereka untuk meraih jabatan tertinggi didalam syurga.

Pesta Demokrasi Berujung Rawan Gangguan Mental Pesta Demokrasi Berujung Rawan Gangguan Mental Reviewed by Novita Sari on February 14, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.